Sabtu, 08 Maret 2014
Di Mauritius wanita gemuk kebanggaan keluarga wanita kurus memalukan keluarga
Namun, ketika ini tradisi tersebut mendapat banyak tentangan dari kalangan muda Mauritius.
Wanita bernama Mariam Mint Ahmed, 25, yang menentang tradisi tersebut. Dia mengatakan tradisi bernama leblouh ini adalah tradisi yang berbahaya dan perlu dihapuskan.
“Saya mengenal ramai wanita muda tidak berdosa yang digemukkan diluar kemahuan mereka dan kebanyakan dari mereka mengalami sakit tekanan darah tinggi dan penyakit jantung,” ujarnya seperti dilapor dari stesen berita CNN.
Tradisi ini didasarkan pada anggapan warga Mauritius bahawa perempuan gemuk adalah simbol kecantikan dan kemakmuran. Sementara wanita kurus dianggap tidak menarik dan aib bagi keluarga kerana dianggap tidak mampu memberinya makan.
Mint Ahmed mengatakan bahwa wanita di Mauritius telah banyak menderita akibat tradisi leblouh. Mereka dipaksa memakan makanan dalam jumlah banyak serta dipaksa untuk meminum berliter-liter susu lembu atau kambing.
Mint Ahmed menceritakan bagaimana seorang gadis dihukum oleh keluarganya jika tidak menghabiskan makanannya. Salah satu metodenya dalah dengan menekan kayu di ibujari tangannya. Siksaan ini menurutnya sangat menyakitkan.
Salah satu yang pernah merasakan leblouh adalah Selekeha Mint Sidi. Dia mengaku disiksa oleh ibunya hingga dia mahu makan.
“Ibuku mulai menggemukkan saya ketika saya berumur 13 tahun. Dia biasanya memukuli saya hingga saya mahu memakan couscous yang berminyak dan daging kambing besar. Saya kira perut saya akan meledak kala itu,” ujarnya Mint Sidi.
Mint Sidi mengatakan bahawa dia kerap memuntahkan makanannya kerana perutnya tidak kuat lagi menampungnya. Namun, orang bertugas mengawasi leblouh menganggap itu hal biasa dan normal pada wanita muda.
Mar Jubero Capdeferro, yang bertugas pada program gender di badan PBB di Mauritius mengatakan bahawa tradisi leblouh menjadi semakin berbahaya akhir-akhir ini ketika para orang tua mengganti susu unta dengan bahan kimia untuk menggemukkan binatang.
“Ketika mereka nanti tua, umur 40 dan 50an, mereka tidak akan boleh bergerak, mereka akan menderita hipertensi, diabetes, dan banyak penyakit lainnya,” ujarnya.
Menurut kajian Asosiasi Solidaritas Sosial, sebuah badan untuk para korban tradisi di Mauritius, hanya tujuh peratus gadis kota yang menjalani leblouh, sementara di desa mencapai 75 peratus. Menurut organisasi ini, wanita desa masih memegang teguh tradisi ini.
“Sangat sulit untuk menghapuskan tradisi leblouh di Mauritius. Tradisi ini telah berakar dalam fikiran dan jiwa para Ibu di Mauritius, terutama di daerah pedesaan dimana warga desa dengan pendidikan rendah mengikuti secara buta tradisi ini,” ujar Lemrabott Brahim, seorang pengamat sosial di Mauritius.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar